Tema Umum Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Pemilihan tema umum merupakan bagian dari desain projek penguatan profil Pancasila . Pemilihan tema umum dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dapat dilakukan berdasarkan: Tahap kesiapan satuan pendidikan dan pendidik dalam menjalankan projek. Kalender belajar nasional, atau perayaan nasional atau internasional, misalnya Tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" dilaksanakan menjelang Hari Bumi, atau tema "Bhinneka Tunggal Ika" dilaksanakan menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia. Isu atau topik yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus pembahasan atau prioritas satuan pendidikan. Dalam hal ini, isu atau topik dapat dicari kesesuaian atau keterkaitannya dengan 7 tema yang sudah ditentukan. Tema yang belum dilakukan di tahun sebelumnya dan dapat mengulang siklus setelah semua tema sudah dipilih. Untuk memastikan semua tema dapat dijalankan, sangat penting untuk satuan pendidikan memastikan untuk melakukan pendokumentasian dan pencatatan

Pengembangan Keterampilan Motorik dan Perawatan Diri Sebagai Kemampuan Fondasi Anak


Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri yang memadai untuk dapat berpartisipasi di lingkungan sekolah secara mandiri merupakan Kemampuan Fondasi 5 dari aspek kemampuan fondasi yang harus dimiliki oleh anak.

Pengembangan Keterampilan Motorik dan Perawatan Diri Sebagai Kemampuan Fondasi Anak

  1. Aspek Perkembangan yang Dibangun
    • Fisik Motorik
    • Kognitif

  2. Dimensi Profil Pelajar Pancasila
    • Mandiri

  3. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
    • Memiliki daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi dan ekspresi pikiran dan atau perasaannya dalam bentuk tindakan sederhana dan atau karya yang dapat dihasilkan melalui kemampuan kognitif, afektif, rasa seni serta keterampilan motorik halus dan kasarnya.

  4. Nilai, Pengetahuan, serta Keterampilan yang Dibangun
    1. Rasa syukur telah diciptakan oleh Tuhan YME yang tertampil dalam perilaku positif.
      • Perilaku-perilaku positif seperti menjaga kebersihan diri, kesehatan diri serta keselamatan diri dapat dilakukan melalui cara-cara yang sederhana terlebih dahulu. Misalnya anak diajarkan mengenai apa itu kebersihan untuk kemudian anak dapat menyebutkan karakteristik diri yang bersih, ia kemudian akan mengekspresikan rasa tidak nyaman ketika berada dalam kondisi tidak bersih. Hal yang dapat dikembangkan adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan bina diri, misalnya dengan membersihkan diri setelah buang air kecil/ buang air besar (BAK/BAB), serta mencuci tangan, menggosok gigi, serta mengenakan pakaian.
      • Awalnya kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan bantuan orang dewasa, namun sedikit demi sedikit diharapkan anak dapat melakukan secara mandiri dengan menjadikan kegiatan tersebut sebagai sebuah rutinitas atau pembiasaan. Hal ini penting untuk mengembangkan kemandirian serta rasa dapat menguasai lingkungannya.
      • Selain membersihkan diri, anak juga diharapkan dapat berpartisipasi aktif membersihkan lingkungan sekitarnya, mengingat ia adalah bagian dari lingkungannya.
    2. Kepemilikan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri.
      • Hal ini dapat dimulai dari kemampuan anak untuk dapat mengekspresikan kebutuhan dasar dirinya. Sebagai contoh, anak dapat mengatakan bahwa ia merasa lapar, tidak nyaman ketika sakit, atau merasa lelah. Dengan kemampuan ini, maka anak juga dapat mengemukakan kebutuhan dasar dirinya, misalnya ia sedang membutuhkan makanan yang bergizi, ia ingin berolahraga, dan lainnya. Ia perlu mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara menjaga kesehatan dirinya serta mempraktikannya.
      • Sebagai contoh, ia tahu bahwa tidur pada jam 8 dan tidak menonton TV atau bermain gadget hingga larut malam akan membuat tubuhnya sehat dan kuat. Selain itu juga akan membuatnya lebih segar ketika melakukan kegiatan-kegiatan di sekolahnya. Kebiasaan yang baik dan dipupuk sedari kecil akan membuat anak akan lebih sehat dan bugar di masa-masa kehidupan selanjutnya.
      • Keterampilan untuk menjaga keselamatan diri juga merupakan hal yang penting untuk diajarkan pada anak. Ketika anak dapat menyebutkan hal-hal yang dapat mengancam keselamatan diri (misalnya, bermain di jalan raya, melompat dari ketinggian tanpa pengawasan orang dewasa), maka artinya anak memiliki pemahaman akan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.
      • Selain itu, ketika anak dapat menjelaskan halhal yang mendukung keselamatan diri, misalnya tidak bermain di lingkungan yang banyak kendaraan berlalu lalang dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengancam keselamatan diri, misalnya tidak bermain dengan bendabenda tajam, berarti ia dapat menjaga dirinya.
      • Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang anak menghadapi situasi yang membahayakan dirinya. Ketika ia dapat memilih tindakan yang menjaga keselamatan dirinya, berarti ia menampilkan rasa syukur kepada Tuhan YME.
    3. Kepemilikan kemampuan motorik kasar maupun motorik halus.
      • Pada usia dini, anak mengalami peningkatan dalam segi tinggi badan, berat badan dan kekuatan otot-ototnya. Masa ini merupakan masa yang aktif, dimana anak menunjukkan sikap tidak dapat diam dan ingin mencoba berbagai kegiatan fisik. Pada dasarnya, keterampilan fisik motorik anak ditandai dengan anak mampu menggunakan fungsi geraknya.
      • Dimulai dari gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, serta penggunaan taktilnya untuk mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai objek di lingkungan sekitar sebagai suatu bentuk pengembangan diri.
      • Perkembangan motorik kasar maupun motorik halus perlu distimulasi, baik melalui cara-cara yang terstruktur di kelas, maupun secara alamiah melalui kegiatan sehari-hari di sekolah maupun di rumah.
      • Yang perlu dimiliki oleh guru dan orang tua adalah kepekaan untuk memanfaatkan momen atau saat yang tepat yang tersedia di lingkungannya. Ketika orang tua dan guru memanfaatkan saat yang tepat itu, maka anak akan memperoleh manfaat terbesarnya.
      • Agar anak bertumbuh secara fisik dan makin kuat otot dan tulangnya, maka anak perlu diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi sumber daya di sekitar untuk mengembangkan fungsi motorik kasar. Sebagai contoh, anak memanjat teralis atau pohon, serta berlarian ketika melihat lapangan atau lingkungan terbuka.
      • Kegiatan semacam ini selain memperkuat otot dan mengembangkan fungsi motorik kasar, juga akan menjaga kesehatannya. Apalagi di era digital saat ini, dimana anak lebih banyak melakukan kegiatan yang cenderung pasif, seperti menonton televisi atau bermain gadget (gawai), maka kegiatan fisik yang aktif menjadi hal yang sangat penting. Kebiasaan bergerak dan menggerakkan raga setidaknya perlu dilakukan anak selama 1-2 jam setiap harinya. Apabila dilakukan secara konsisten, maka akan membentuk kebiasaan yang sehat.
      • Pengembangan keterampilan fisik juga didemonstrasikan melalui penggunaan sumber daya di sekitar untuk bermain bersama temantemannya melalui berbagai aktivitas motorik kasar. Mulai dari melompati rintangan seperti selokan atau pembatas yang rendah, sampai bermain ayunan, jungkat-jungkit, gelantungan di taman bermain merupakan contoh pengembangan keterampilan fisik yang dapat dipilih oleh anak. Bagi anak yang masih memiliki ruang terbuka di sekitar rumahnya, ia dapat berlari-larian ataupun memanjat pohon yang ada di sekitarnya. Lingkungan sekitar dapat menjadi sumber daya bagi anak untuk bermain. Anak-anak yang tinggal di laut, pegunungan, atau tepi hutan, dapat memanfaatkan alam sebagai lahan untuk mengembangkan dan mengasah perkembangan fisik dan motoriknya.
      • Selain motorik kasar, anak juga perlu dikuatkan kemampuan motorik halusnya melalui partisipasi aktif anak dalam kegiatan yang banyak melibatkan motorik halus dan taktil. Orang tua maupun guru dapat mulai mendorong anak untuk mengasah keterampilan motorik halusnya dengan cara mengajaknya aktif dalam menggunakan peralatan-peralatan sederhana seperti gunting, pinset, maupun melatihnya menggunakan alat-alat tulis dari spidol, krayon besar, krayon kecil, pensil warna dan sebagainya.
      • Keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan sebagai persiapan anak menulis ketika di jenjang Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu, kesempatankesempatan kecil yang ada di rumah maupun di sekolah dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan fungsi motorik halus anak.
      • Sebagai contoh, anak diajarkan menggunakan gunting untuk membantu ibu memotong kertas, atau anak diajak memilin-milin adonan kue ketika ibu sedang memasak kue. Bahkan kegiatan sederhana seperti mengambil butiran nasi di meja untuk dibuang ke tempat sampah dapat menjadi stimulasi motorik halus bagi anak.
      • Kegiatan pengembangan motorik kasar maupun halus dapat sekaligus mengembangkan taktil anak. Sebagai contoh ketika anak memilin-milin adonan kue, ia dapat merasakan bahwa adonan kue memiliki tekstur yang halus, atau ketika anak berjalan di rerumputan ia dapat merasakan kasarnya tekstur rumput di kakinya.

  5. Contoh Perilaku yang Dapat Diamati
    • Peserta didik mampu mengelola barang-barang milik pribadi yang dibawa ke sekolah (tahu mana barang miliknya, bisa membereskan tas sendiri).
    • Peserta didik mampu secara bertahap menjaga kebersihan diri sendiri.

  6. Mapel/CP/KD yang Dapat Digunakan untuk Membangun Kemampuan
    1. PAUD:
      • Pada KM: dibangun lintas elemen, namun utamanya elemen Jati Diri.
      • Pada K13: KD yang terkait fisik motorik dan sosial-emosional (perawatan diri).
      • Terlepas dari kurikulum: kemampuan ini dapat dibangun melalui pembiasaan di kelas untuk membangun kemandirian dan perilaku hidup bersih sehat.
    2. SD:
      • Pada KM/K13: PJOK.
      • Terlepas dari kurikulum: dapat dibangun melalui pembiasaan di kelas (serupa dengan PAUD).