Tema Umum Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Pemilihan tema umum merupakan bagian dari desain projek penguatan profil Pancasila . Pemilihan tema umum dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dapat dilakukan berdasarkan: Tahap kesiapan satuan pendidikan dan pendidik dalam menjalankan projek. Kalender belajar nasional, atau perayaan nasional atau internasional, misalnya Tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" dilaksanakan menjelang Hari Bumi, atau tema "Bhinneka Tunggal Ika" dilaksanakan menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia. Isu atau topik yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus pembahasan atau prioritas satuan pendidikan. Dalam hal ini, isu atau topik dapat dicari kesesuaian atau keterkaitannya dengan 7 tema yang sudah ditentukan. Tema yang belum dilakukan di tahun sebelumnya dan dapat mengulang siklus setelah semua tema sudah dipilih. Untuk memastikan semua tema dapat dijalankan, sangat penting untuk satuan pendidikan memastikan untuk melakukan pendokumentasian dan pencatatan

Kematangan Kognitif untuk Melakukan Kegiatan Belajar Sebagai Kemampuan Fondasi Anak


Kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, seperti dasar literasi, numerasi, serta pemahaman dasar mengenai cara dunia bekerja merupakan Kemampuan Fondasi 6 dari aspek kemampuan fondasi yang harus dimiliki oleh anak.

Kematangan Kognitif untuk Melakukan Kegiatan Belajar Sebagai Kemampuan Fondasi Anak

  1. Aspek Perkembangan yang Dibangun
    • Kognitif
    • Bahasa
    • Nilai Agama dan Budi Pekerti

  2. Dimensi Profil Pelajar Pancasila
    • Kreatif
    • Bernalar Kritis

  3. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
    • Memiliki daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi dan ekspresi pikiran dan atau perasaannya dalam bentuk tindakan sederhana dan atau karya yang dapat dihasilkan melalui kemampuan kognitif, afektif, rasa seni serta keterampilan motorik halus dan kasarnya.
    • Mampu menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu memecahkan masalah sederhana, serta mengetahui hubungan sebab akibat dari suatu kondisi atau situasi yang dipengaruhi oleh hukum alam.
    • Mampu menyimak, memiliki kesadaran akan pesan teks, alfabet dan fonemik, memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk menulis, memahami instruksi sederhana, mampu mengutarakan pertanyaan dan gagasannya serta mampu menggunakan kemampuan bahasanya untuk bekerja sama.
    • Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran dengan satuan tidak baku, menyadari adanya persamaan dan perbedaan karakteristik antar objek, serta memiliki kesadaran akan ruang dan waktu.

  4. Nilai, Pengetahuan, serta Keterampilan yang Dibangun
    1. Kreativitas, kemampuan literasi, dan pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
      • Kematangan kognitif ini ditandai dengan anak mengenali dan menggunakan kreativitas dan kemampuan literasi dan pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk untuk mencari informasi, gagasan, dan keterampilan.
      • Berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga ia dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
      • Kreativitas merupakan sebuah kemampuan yang sangat dibutuhkan bagi anak yang hidup di abad ke 21. Kreativitas dapat hadir melalui penguatan daya imajinasi seorang anak.
      • Untuk membangkitkan imajinasi, biarkan anak berkarya tanpa batasan-batasan norma yang dimiliki oleh orang dewasa sekitarnya. Mengutip Reggio Emilia "one hundred language", anak memiliki 100 bahasa, namun kekayaan tersebut memudar saat orang dewasa memaksakan "satu cara" untuk menyelesaikan masalah, dan tidak menghargai alternatif cara yang berasal dari anak.
      • Imajinasi juga merupakan jembatan antara bermain dan belajar. Kegiatan bermain merupakan elemen yang penting untuk perkembangan kreativitas pada anak. Selain penting untuk mengasah imajinasi, kegiatan bermain juga akan mengasah kemampuan kognitif anak.
      • Melalui kegiatan bermain, pengetahuan dan keterampilan dapat dikuasai anak secara matang karena diperoleh secara alami melalui prosesnya berinteraksi dengan lingkungan; dan bukan karena "dijejalkan" masuk melalui kegiatan yang bersifat rote learning (teknik mengingat dan belajar melalui pengulangan).
      • Kemampuan literasi dan pramatematika juga merupakan kemampuan fondasi yang penting untuk dibangun sejak di PAUD, dan dilanjutkan di SD kelas awal.
      • Ada miskonsepsi mengenai literasi yang sangat mengemuka di lapangan dan perlu diluruskan yakni miskonsepsi yang menganggap bahwa literasi dimulai dengan pengenalan huruf, kemampuan mengeja suku kata, kefasihan melafalkan bacaan, dan keterampilan menulis secara drilling dan mengabaikan konteks. Sejatinya, kecakapan literasi dimulai dari anak mulai bisa berkomunikasi dalam arti luas.
      • Kecakapan literasi ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya interaksi dengan komunikasi lisan melalui kegiatan bercakap-cakap, menyimak lagu dan cerita, bermain dan bersosialisasi.
      • Ada juga miskonsepsi mengenai pramatematika yang mengemuka di lapangan bahwa mengajarkan kemampuan ini dimulai dengan pengenalan angka. Padahal untuk mendapatkan pemahaman yang utuh, sebelum masuk ke tahap simbolik ini, anak diharapkan dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep yang abstrak dengan bantuan benda-benda konkret.
    2. Kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek, fenomena alam, atau fenomena sosial melalui pengamatan dan eksplorasi untuk kemudian diutarakan melalui bahasa atau media sederhana.
    3. Keinginan mengamati dan bereksplorasi:

      1. Sebagai seorang anak yang berkembang dalam berpikirnya, maka anak perlu melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitarnya.
        • Dari eksplorasi itu, anak dapat menemukan persamaan dan perbedaan atas benda-benda yang ditemuinya di lingkungan sekitarnya.
        • Eksplorasi juga dapat dilakukan dengan mencoba melakukan berbagai hal baru yang ada di lingkungannya secara mandiri. Perkembangan berpikir anak dapat tertampil dari hasil karya yang dibuat oleh seorang anak secara berkelompok.
        • Ketika anak terlibat aktif dalam kegiatan eksplorasi, eksperimen, atau penelitian mengenai objek, fenomena alam maupun fenomena sosial dalam waktu yang cukup panjang, maka anak sudah mengarah pada kegiatan sciencing (kegiatan sains).
        • Pada awalnya ketertarikan ini ditampilkan dalam jangka waktu yang pendek, namun demikian dapat pula berlanjut dalam jangka waktu yang lebih panjang.
        • Kegiatan eksplorasi dan eksperimen ini perlu diakhiri dengan kegiatan mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat dari kegiatan yang dilakukannya, dapat secara lisan maupun melalui gambar atau berbagai media lainnya.
      2. Keterampilan untuk memperoleh pengetahuan.
        • Melalui menemukan persamaan dan perbedaan atas benda-benda yang ditemuinya di lingkungan sekitarnya melalui eksplorasi.
        • Kemampuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan selain diasah dalam kegiatan sciencing (kegiatan sains), dapat juga dilanjutkan dengan pengenalan nilai agama dan budi pekerti, sebagaimana dijelaskan di atas bahwa setelah anak mengenali persamaan dan perbedaan, maka anak dapat diajarkan untuk menunjukkan penghargaan saat berinteraksi dengan semua orang meskipun berbeda.
        • Anak juga perlu mengenal dan menggunakan beberapa teknologi sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Kemampuan berpikir anak dapat pula berkembang dengan bantuan penguasaan teknologi. Namun demikian, anak perlu mengenal dan menggunakan beberapa teknologi sederhana dalam kehidupan sehari-harinya.
        • Akan lebih baik lagi apabila anak mengenal dan menggunakan beberapa teknologi untuk mencari informasi, gagasan, dan keterampilan. Anak perlu juga diajarkan untuk dapat menggunakan teknologi secara aman dan bertanggungjawab, baik secara mandiri, maupun dalam kelompok.
        • Di usia yang lebih besar, anak dapat melakukan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk pemecahan masalah. Anak juga dapat didorong untuk berbagi kepada orang-orang sekitarnya mengenai strategi rekayasa teknologi yang telah ia gunakan dalam memecahkan masalah.

  5. Contoh Perilaku yang Dapat Diamati
    • Peserta didik mampu menyimak dan menyampaikan gagasan sederhana.
    • Peserta didik menyadari keterhubungan antara simbol angka/huruf dengan kata dan bilangan.
    • Peserta didik mampu membilang jumlah benda atau objek dan menggunakan angka sebagai simbol jumlah objek atau benda.
    • Peserta didik memahami kosakata konsep waktu (sekarang, annti, kemarin, hari ini, besok, lama, sebentar, pagi, siang, malam) dan kosakata lainnya yang menunjukkan pemahaman tentang lingkungan sekitar.

  6. Mapel/CP/KD yang Dapat Digunakan untuk Membangun Kemampuan
    1. PAUD:
      • Pada KM: dibangun melalui elemen Dasar-Dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa dan Seni.
      • Pada K13: KD yang terkait kognitif, dan bahasa.
      • Terlepas dari kurikulum: dibangun melalui kegiatan pembelajaran yang mengajak anak melakukan pengamatan serta eksplorasi, serta mendorong anak untuk bertanya, mengemukakan gagasan serta pemahaman barunya.
    2. SD:
      • Pada KM/K13: Bahasa Indonesia (dan topik IPAS pada KM), Matematika, Seni.
      • Terlepas dari kurikulum: dapat dibangun melalui perancangan kegiatan pembelajaran di kelas (serupa dengan PAUD).