Tema Umum Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Pemilihan tema umum merupakan bagian dari desain projek penguatan profil Pancasila . Pemilihan tema umum dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dapat dilakukan berdasarkan: Tahap kesiapan satuan pendidikan dan pendidik dalam menjalankan projek. Kalender belajar nasional, atau perayaan nasional atau internasional, misalnya Tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" dilaksanakan menjelang Hari Bumi, atau tema "Bhinneka Tunggal Ika" dilaksanakan menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia. Isu atau topik yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus pembahasan atau prioritas satuan pendidikan. Dalam hal ini, isu atau topik dapat dicari kesesuaian atau keterkaitannya dengan 7 tema yang sudah ditentukan. Tema yang belum dilakukan di tahun sebelumnya dan dapat mengulang siklus setelah semua tema sudah dipilih. Untuk memastikan semua tema dapat dijalankan, sangat penting untuk satuan pendidikan memastikan untuk melakukan pendokumentasian dan pencatatan

Kematangan Emosi yang Cukup untuk Berkegiatan di Lingkungan Belajar


Kematangan Emosi yang Cukup untuk Berkegiatan di Lingkungan Belajar merupakan Kemampuan Fondasi 2 dari aspek kemampuan fondasi yang harus dimiliki oleh anak.

Kematangan Emosi yang Cukup untuk Berkegiatan di Lingkungan Belajar

  1. Aspek Perkembangan yang dibangun dari kematangan emosi anak
    • Sosial Emosional
    • Nilai Agama dan Budi Pekerti
    • Nilai Pancasila

  2. Dimensi Profil Pelajar Pancasila
    • Berkebhinekaan Global
    • Bergotong Royong

  3. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
    • Mengenali emosi, mampu mengendalikan keinginannya sebagai sikap menghargai keinginan orang lain, mampu berinteraksi dengan teman sebaya.
    • Mengenali identitas diri, mengetahui kebiasaankebiasaan di keluarga, sekolah, dan masyarakat, mengetahui dirinya adalah bagian dari warga Indonesia, serta mengetahui keberadaan negara lain di dunia.

  4. Nilai, Pengetahuan, dan Keterampilan yang dibangun
    1. Kemampuan mengelola emosi dan kepemilikan rasa positif mengenai dirinya.
      • Kematangan sosial emosional anak ditandai oleh pengenalan dan dimilikinya perilaku positif terhadap diri.
      • Perkembangan sosial emosi anak dipengaruhi oleh kemampuan pengambilan peran sosial yang muncul. Mereka menyadari pikiran, perasaan, dan sikap orang lain.
      • Demikian pula mereka menjadi lebih sadar dan perhatian terhadap pandangan orang tentang dirinya.
      • Kematangan sosial emosional anak juga diikuti oleh kemampuan memahami hubungan sebab akibat, utamanya dalam menentukan perilaku yang efektif untuk mengatasi emosi yang sedang dirasakan.
    2. Kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas sekolah.
      • Dalam kehidupannya, anak perlu menyadari bahwa ia adalah anggota dari sebuah kelompok, baik kelompok terkecil dalam hidupnya yaitu keluarga, maupun kelompok yang lebih besar yaitu sekolah.
      • Ketika anak menyadari bahwa ia adalah anggota dari sebuah keluarga dan dapat menyebutkan anggota keluarganya, atau ketika di kelas ia dapat menyebutkan temantemannya, berarti ia mengetahui posisinya dalam sebuah kelompok.
      • Selain itu ketika anak dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan karakteristik fisik dan non fisik dirinya dibandingkan saudara-saudaranya atau teman sekelasnya, artinya ia memahami dirinya sebagai entitas yang unik dan berbeda dengan orang lain. Hal ini akan menambah pemahaman dirinya akan keberadaannya di dalam keluarga maupun sekolah.
      • Sikap menghargai juga ditampilkan melalui keikutsertaannya dalam kegiatan bermain bersama teman-temannya maupun dalam kegiatan kemasyarakatan.
      • Ketika ia mengikuti perayaan hari besar teman yang misalnya memiliki agama yang sama dengannya ataupun tidak sama dengannya, maka ia akan lebih menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari agama tertentu.
      • Demikian pula ketika ia mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang mengandung budaya di lingkungannya, maka ia menyadari bahwa ia adalah anggota kelompok etnis tertentu.
    3. Kesadaran bahwa ketika ia berada pada tempat yang berbeda maka ada aturan dan kebiasaan yang berbeda dan patut diperhatikan.
      • Sebagai anggota kelompok, misalnya di rumah maupun di sekolah, anak juga harus mengikuti rutinitas yang ada di dalamnya.
      • Sebagai contoh, di rumah ia tahu bahwa bangun tidur ia harus membereskan tempat tidurnya sebelum melakukan kegiatan-kegiatan yang lain.
      • Kebiasaan tersebut merupakan aturan di rumah yang telah disepakati bersama, sehingga ia harus melaksanakannya.
      • Ketika ia bepergian dengan teman-temannya, maka ia akan dapat melihat perbedaan kebiasaan dari teman-temannya, karena mereka berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengannya.
      • Anak juga menyadari bahwa ketika ia berada pada tempat yang berbeda maka ada aturan dan kebiasaan yang berbeda dan patut diperhatikan.
      • Misalnya ketika ia bermain dengan teman-temannya, mereka melakukan suit dengan jempol, telunjuk dan kelingking. Namun ketika ia bermain dengan kelompok lain, maka mereka melakukan suit dengan tangan membentuk kertas, gunting dan batu. Ia juga perlu memahami aturan yang berbeda-beda dari setiap permainan dan beradaptasi.
      • Pada saat bepergian dengan orang tuanya atau orang lain anak juga perlu bersikap luwes dengan perubahan yang ada, misalnya perubahan cuaca, perubahan makanan yang dimakan, perubahan waktu karena berada pada belahan berbeda di Indonesia. Hal ini akan membantunya untuk beradaptasi dalam berbagai situasi.

  5. Contoh perilaku yang dapat diamati
    • Peserta didik mampu menunggu giliran.
    • Peserta didik dapat mempertahankan perhatian untuk mengikuti kegiatan di kelas dalam rentang waktu yang sesuai dengan usianya.
    • Peserta didik memahami bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi.

  6. Mapel/CP/KD yang dapat digunakan untuk membangun kemampuan
    1. PAUD:
      • Pada KM: dapat dibangun melalui elemen Agama dan Budi Pekerti; dan Jati Diri.
      • Pada K13: KD yang terkait sosial emosi; bahasa dan kognitif.
      • Terlepas dari kurikulum: kemampuan ini dapat dibangun melalui penerapan kesepakatan kelas, misalnya melalui kebiasaan berbagi alat-alat di kelas dan berkegiatan bersama teman-temannya; serta penerapan disiplin positif (menjelaskan konsekuensi dari perilaku negatifnya).
    2. SD:
      • Pada KM/K13: melalui Pendidikan Pancasila (PPKn untuk K13) untuk pengenalan secara konsep.
      • Terlepas dari kurikulum: dapat dibangun melalui kesepakatan kelas dan disiplin positif (serupa dengan PAUD) untuk membangun nilai.